ADAT ISTIADAT DESA WONOYOSO
Adat istiadat, tradisi, seni dan budaya ternyata mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam mencapai persatuan dan kesatuan bangsa. Adat istiadat, mampu menjadi pengikat kebersamaan, di tengah-tengah maraknya perbedaan di masyarakat.
Sebuah perbedaan, yang seharusnya menjadi khasanah keberagaman justru menjadi pembeda antara sesama. Padahal salah satu dari empat pilar Bangsa Indonesia ini yakni Bhineka Tunggal Ika. Tiga kata yang mempunyai makna mendalam itu, diambil dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.
Desa Wonoyoso adalah suatu desa di Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Sebagai sebuah desa yang berada di Jawa Tengah, maka adat jawa sangat berpengaruh terhadap adat istiadat yang berkembang di Desa Wonoyoso. Selain adat jawa, agama Islam juga punya pengaruh kuat dalam perkembangan adat istiadat tersebut.
Dibawah ini adalah bentuk adat istiadat yang masih hidup dan berkembang di Desa Wonoyoso:
- Guyuban Guyuban adalah nama lain dari Merdi Desa/Merti Desa atau Selamatan Desa. Sebuah kegiatan yang dilaksanakan satu tahun sekali sekitar bulan Agustus atau September dalam kalender Masehi atau bulan Besar dan Sura dalam Kalender Jawa,sebagai bentuk Selamatan Desa yang melibatkan seluruh unsur masyarakat dari Sesepuh Desa, Pemerintahan Desa, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat. Bentuk Kegiatannya adalah kenduri dengan menggunakan Syariat Islam, sesudah Sholat Magrib di Balai Desa untuk mendoakan arwah para leluhur desa, memohon keselamatan seluruh warga desa dan mensyukuri rezeki yang telah dilimpahkan biasanya karena hasil panen yang melimpah serta dihindarkan dari segala penyakit dan musibah lainnya. Setelah kenduri, sehabis Sholat Isya’ dilaksanakan Hiburan yang biasanya adalah Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk, dilaksanakan hiburan yang biasanya adalah Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk, sebelum dilaksanakan wayangan siang hari mengadakan wayang golek.
- Suran adalah kegiatan yang dilaksanakan ditingkat RT/RW/Dukuh dalam bentuk kenduri menggunakan Syariat Islam. Bertujuan untuk memohon keselamatan dan sedekah bumi. Biasanya dalam kenduri tersebut diadakan penyembelihan kambing, dan ada yang dilaksanakan dekat makam keramat. Dalam keyakinan Kejawen, Bulan Sura dianggap bulan yang angker sehingga butuh keselamatan, sedangkan menurut Islam, bulan Sura atau Muharrom adalah salah satu bulan yang sangat mulia sehingga perlu diadakan selamatan. Demikian kebudayaan dan agama bisa saling menyatu dalam prakteknya di masyarakat.
- Sabanan Sabanan adalah kegiatan yang yang dilaksanakan di tingkat RT dalam bentuk kenduri menggunakan Syariat Islam. Nama lain dari Sabanan adalah Nyadran atau Munggah Siyam. Hal ini dimaksudkan untuk persiapan menjelang bulan Siyam/Romadhon dimana umat Islam melaksanakan Puasa Wajib. Selain itu, di bulan Saban juga berlangsung tradisi ziarah kubur untuk mendo’akan arwah para leluhur.